Kekurangan Cairan, Dan Gejalayang

Kekurangan Cairan, Gejala yang Perlu Diwaspadai dan Cara Mengatasinya

  • Kekurangan cairan bisa terjadi saat jumlah cairan tubuh yang hilang lebih banyak daripada cairan yang masuk. Gejala awal yang dirasakan saat tubuh kurang cairan adalah haus dan lemas. Namun, ada gejala lain yang perlu diwaspadai dan menandakan bahwa kekurangan cairan sudah dalam kondisi berat, sehingga perlu segera ditangani.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air. Di dalam tubuh, air memiliki beragam fungsi penting, seperti mengatur suhu tubuh, melembapkan kulit dan mata, melancarkan pencernaan, membuang zat sisa metabolisme dan racun, melumasi sendi, hingga menghasilkan air liur.

Air juga berperan penting dalam mengatur jumlah elektrolit dan membawa nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Oleh karena itu, fungsi-fungsi organ tubuh dapat terganggu bila tubuh kekurangan cairan.

Selain karena jarang minum, kekurangan cairan atau dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, muntah, efek samping obat diuretik, konsumsi alkohol berlebih, serta banyak berkeringat, baik karena olahraga, beraktivitas di cuaca panas, maupun demam.

Gejala dan Tanda Kekurangan Cairan yang Perlu Diwaspadai
Ketika tubuh kekurangan cairan, ada beberapa gejala yang bisa Anda rasakan. Beberapa gejala dan tanda awal kekurangan cairan adalah:

Merasa haus
Mulut dan kulit kering
Urine berwarna pekat
Lemas
Kram otot
Sementara itu, gejala kekurangan cairan pada anak-anak bisa berbeda, yaitu mulut dan lidah menjadi kering, sedikit bahkan tidak keluar air mata saat menangis, popok masih kering setelah 4 jam atau lebih, lesu, dan terlihat lebih rewel daripada biasanya.

Kekurangan cairan bisa tergolong ringan. Namun, kondisi ini bisa juga tergolong berat hingga mengancam nyawa. Pada kondisi yang lebih berat, kekurangan cairan dapat dikenali melalui gejala dan tanda sebagai berikut:

Sulit konsentrasi
Sakit kepala
Pingsan
Jarang buang air kecil dan jumlah urine lebih sedikit daripada biasanya
Urine berwarna pekat
Kulit sangat kering
Jantung berdetak lebih cepat
Frekuensi napas menjadi lebih cepat
Tubuh terasa sangat lemas hingga terasa ingin pingsan
Keringat dingin
Kekurangan cairan yang berat perlu segera mendapat penanganan agar tidak mengakibatkan komplikasi berupa heatstroke, batu ginjal, gagal ginjal, kejang, syok hipovolemik, bahkan kematian.

Cara Mengatasi dan Mencegah Kekurangan Cairan
Rasa haus merupakan alarm pertama yang menandakan bahwa tubuh kekurangan cairan. Ketika rasa haus muncul dan gejala dehidrasi lainnya muncul, segeralah mengonsumsi cairan, seperti:

Air putih
Infused water
Jus buah,
Air kelapa
Minuman elektrolit
Kuah bening
Pada bayi dan anak-anak yang kekurangan cairan, penanganan juga dilakukan dengan memberikan lebih banyak cairan. Untuk bayi yang terkena diare, berikan ASI lebih sering dari biasanya. Pemberian oralit bisa dilakukan di samping memperbanyak asupan ASI, tetapi ini hanya boleh dilakukan untuk bayi berusia 6 bulan ke atas.

Oralit juga bisa dikonsumsi oleh orang dewasa yang mengalami dehidrasi. Oralit terdiri dari air, glukosa, natrium, dan kalium. Kombinasi tersebut dapat mempercepat penyerapan cairan di usus, sehingga cairan tubuh dapat kembali dengan cepat.

Sementara pada kasus kekurangan cairan berat, penanganan dilakukan dengan pemberian cairan infus di rumah sakit. Dibandingkan dengan minum air atau oralit, cara ini dapat membuat tubuh yang kekurangan cairan pulih lebih cepat.

Untuk mencegah agar tubuh tidak kekurangan cairan, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, yaitu:

Menjaga asupan cairan dengan minum setidaknya 8 gelas setiap harinya, terutama bila mengalami muntah, diare, atau keringat berlebihan
Mencuci tangan dengan rutin sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang hewan peliharaan, dan setelah menggunakan toilet untuk mencegah diare
Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung banyak air, seperti buah-buahan dan sayuran
Begitu Anda merasakan gejala kekurangan cairan, segeralah minum air. Namun, jika gejala kekurangan cairan dirasakan berat hingga Anda merasa ingin pingsan, segera temui dokter di unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

Terakhir diperbarui: 25 April 2024
Ditinjau oleh: dr. Kevin Adrian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *